PPOK
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah istilah medis
untuk bronkitis kronis dan emfisema yang
menyulitkan pernafasan. Bronkitis kronis adalah peradangan
saluran udara paru (bronkus) yang ditandai oleh batuk berdahak selama minimal
tiga bulan dalam setahun pada dua tahun berturut-turut. Emfisemaadalah kondisi
di mana kantung udara (alveolus) paru-paru kehilangan kemampuannya
untuk mengembang dan mengempis. Keduanya adalah kerusakan menahun
paru-paru yang biasanya disebabkan
oleh merokok. PPOK adalah masalah kesehatan utama yang menjadi
penyebab kematian no. 4 di Indonesia pada tahun 2010 menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO).
Bagaimana PPOK terjadi?
Paru-paru adalah sepasang kantung
udara yang berada di kedua sisi dada. Ketika Anda bernafas, udara tersedot
melalui hidung dan mulut dan menuruni trakea (batang tenggorokan). Trakea
terbagi menjadi dua pipa saluran udara, satu pada setiap sisi paru, yang kemudian
bercabang di lobus paru-paru (dua cabang di sebelah kiri, tiga di sebelah
kanan). Pipa-pipa cabang yang disebut bronkus ini kemudian terbagi ke pipa-pipa
kecil yang disebut bronkiolus, yang berujung di kantung-kantung udara kecil
yang disebut alveolus (jamak: alveoli). Alveolus dilingkupi oleh jaringan
pembuluh darah kecil (kapiler). Di dalam alveolus ini pertukaran oksigen dan
karbon dioksida terjadi. Oksigen berjalan dari udara dalam alveolus ke kapiler,
dan karbon dioksida berjalan ke arah sebaliknya. Setelah masuk ke dalam darah,
oksigen dipompa dari paru-paru ke jantung dan kemudian ke seluruh tubuh. Karbon
dioksida di dalam alveolus dikeluarkan ke udara luar.Itulah cara kerja
paru-paru yang sehat.Pada penderita PPOK, prosesnya menjadi kacau dan kurang
efisien. Pada bronkitis kronis, bronki dan bronkiolus
menjadi rusak dan meradang. Padaemfisema, alveolus menjadi hancur.
Sebagian besar kasus PPOK melibatkan kombinasi antara emfisema dan bronkitis
kronis. Pada PPOK yang parah, transfer oksigen dan karbon dioksida sangat buruk
sehingga penderita mati lemas.
Gejala
Penderita PPOK biasanya adalah perokok atau memiliki riwayat
perokok berat (satu pak atau lebih sehari) selama 20 tahun atau lebih. Selain
riwayat merokok, kondisi berikut dapat mengindikasikan PPOK:
·
Sesak
nafas (dispnea).
Pada awalnya sesak nafas hanya dialami setelah beraktivitas fisik. Namun,
ketika paru-paru semakin rusak, sesak nafas terjadi ketika melakukan pekerjaan
harian rutin seperti berjalan dan menyiram tanaman atau bahkan saat
beristirahat.
·
Mengi
dan batuk kronis,
seringkali disertai dahak, yang berlangsung lama (berbulan-bulan).
·
Sering
mendapat infeksi paru.
Jaringan paru-paru yang rusak lebih mudah terinfeksi, sehingga menyebabkan
bronkitis akut dan pneumonia, terutama di musim hujan saat influenza merebak.
Saluran udara memiliki mekanisme untuk mengusir bakteri dengan mengeluarkan
dahak melalui batuk. Paru-paru yang rusak tidak bisa melakukannya sehingga
bakteri cenderung berkumpul di dalam alveoli dan saluran udara dan menyebar di
seluruh lobus paru-paru. Penderita PPOK membutuhkan waktu lama untuk pulih dari
infeksi paru, yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
·
Gagal jantung. Jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah ke paru-paru karena begitu banyak jaringan
paru-paru yang rusak. Beban ekstra ini membuat jantung melemah dan
membesar.
·
Hipoksia
(kekurangan oksigen dalam darah). Organ tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan menjadi
rusak. Kurangnya aliran darah ke otak, misalnya, dapat menyebabkan kebingungan,
pelupa dan depresi. Pada kulit, kekurangan oksigen ini ditandai oleh semburat
biru lebam (sianosis).
·
Pneumotoraks
(pengempisan paru-paru).
Terdapat pengumpulan udara di sekitar paru-paru yang bocor dari jaringan paru
yang rusak. Penumpukan udara ini menekan paru-paru, sehingga tidak dapat
mengembang sebesar biasanya saat mengambil nafas.
Penyebab
Sebagian besar kasus PPOK disebabkan oleh merokok. Paparan
polutan seperti asap debu dan bahan kimia dapat memperparah gejalanya. Pada
tipe emfisema yang langka, penyebabnya adalah kondisi genetik di mana terdapat
kekurangan antitripsin alfa-1. Protein ini biasanya membantu
melindungi paru-paru dari enzim berbahaya lain yang dapat menghancurkan
jaringan paru-paru. Pada orang dengan defisiensiantitripsin alfa-1,
merokok sangat berbahaya karena mempercepat perkembangan emfisema.
Diagnosis
Diagnosis awal dilakukan dokter dengan mempelajari riwayat
pasien dan gejala-gejala yang dikeluhkan. Dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik, mendengarkan melalui stetoskop untuk mendeteksi suara berderak di
paru-paru yang disebabkan oleh alveoli yang rusak. Diagnosis terbaik PPOK
dilakukan dengan tes spirometri, menggunakan perangkat spirometer untuk
mengukur seberapa dalam pernafasan seseorang dan seberapa cepat udara dapat
bergerak masuk dan keluar dari paru-parunya. Penderita PPOK tidak bisa membuang
nafas sebanyak dan secepat orang dengan paru-paru normal. Setelah melakukan
pengujian, pasien diberi obat bronkodilator hirup. Spirometri diulangi, dan
jika ada peningkatan besar dalam hasilnya, hal ini menunjukkan bahwa kondisinya
bukan PPOK tetapi asma.
Karena beberapa penyakit paru lain dan penyakit jantung
memiliki gejala yang mirip dengan PPOK, pemeriksaan rontgen, EKG, dan sampel
darah mungkin juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan menilai keparahan
kondisi. Foto rontgen paru dapat menunjukkan kelainan-kelainan pada
paru-paru. Tes darah dapat menunjukkan tingkat oksigen yang rendah.
Pengobatan
Kerusakan paru-paru dan saluran udara pada PPOK bersifat
ireversibel (tidak dapat diperbaiki). Namun, perawatan tertentu dapat
membantu pasien bernafas lebih baik, hidup lebih aktif dan lebih lama. Oleh
karena itu, penting sekali untuk mengidentifikasi PPOK sedini mungkin agar
perawatan dapat dimulai sejak awal. Bila Anda perokok, jangan abaikan keluhan
seperti sering batuk dan sesak nafas. Segeralah memeriksakan diri ke dokter.
Pengobatan dan perawatan PPOK meliputi:
- Ø Berhenti merokok. Berhenti merokok adalah keharusan bagi penderita PPOK.
- Ø Bronkodilator, yaitu obat-obatan inhalasi atau semprot yang membantu membuka saluran udara. Meskipun tidak seefektif pada penderita asma, obat-obatan itu dapat mengurangi gejala dan membuat nafas lebih mudah.
- Ø Kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi dan pembengkakan jaringan paru-paru yang diberikan melalui inhalasi atau tablet untuk jangka pendek.
- Ø Pengobatan untuk infeksi. Antibiotik mungkin diresepkan untuk mengobati infeksi seperti pneumonia, dan vaksinasi mungkin diberikan untuk mencegah flu.
- Ø Terapi oksigen. Dalam kasus parah ketika paru-paru tidak dapat menghirup oksigen yang cukup, pasien perlu mendapat pasokan oksigen melalui masker atau selang bercabang dua yang dimasukkan ke lubang hidung
- Ø Operasi. Pada penderita PPOK, kista besar yang dikenal sebagai bullae dapat berkembang di paru-paru dan menghambat fungsi paru-paru. Dalam keadaan ini, pembedahan mungkin dilakukan untuk mengangkatnya agar sisa jaringan paru-paru dapat berfungsi.
- Ø Rehabilitasi paru, dilakukan untuk membantu memperbaiki kualitas hidup selepas dari rumah sakit. Program rehabilitasi ditujukan agar pasien PPOK dapat memanfaatkan fungsi paru-paru mereka yang masih tersisa. Pendidikan dan dukungan psikososial juga membantu untuk mengurangi kecemasan dan depresi yang sering menyertai PPOK.
- Ø Penderita PPOK berat rentan terhadap apa yang disebut “eksaserbasi akut” yaitu, episode di mana kondisi mereka tiba-tiba memburuk (terengah-engah) sehingga membutuhkan oksigen, bronkodilator dan pengobatan kortikosteroid di rumah sakit. Eksaserbasi ini umumnya diakibatkan oleh infeksi pernafasan sehingga biasanya juga membutuhkan pemberian antibiotik.
Beda PPOK Dengan Asma
PPOK dan asma dapat saling berdampingan dan sering
dirancukan satu sama lain. Asma dapat
memberikan gangguan pernapasan yang mirip dengan PPOK,
sehingga membuat diagnosis PPOK sedikit sulit. Namun, karakteristik PPOK dan
asma sebenarnya sangat berbeda:
- Asma
dimulai sejak usia muda, sedangkan PPOK sebagian besar dimulai pada usia di
atas 40 tahun.
- Merokok
adalah faktor penyebab PPOK, sedangkan asma tidak.
- Asma
tidak memiliki gejala produksi dahak (lendir) yang meningkat seperti pada PPOK.
- Asma
sebagian besar tetap stabil sepanjang hidup, dengan gejala bervariasi.
PPOK cenderung memburuk dengan gejala persisten.
seeppp
BalasHapus